Minggu, 08 November 2009

bagaimana Bahasa Indonesia digunakan dalam pergaulan sehari-hari

Semarang (ANTARA News) – Budayawan Remy Sylado kurang setuju apabila bahasa Indonesia bahasa yang baik dan benar digunakan dalam percakapan sehari-hari.

Remy Sylado pada “Sarasehan Melacak Jejak Pers Jawa Tengah” di Semarang, Rabu, mengatakan bahasa Indonesia yang baik dan benar tidak relevan dengan bahasa realitas.

Penulis buku “Ca Bau Kan” itu memberikan contoh, jika seseorang sedang naik angkutan umum dan telah sampai di tempat tujuan, orang tersebut akan berkata, “Stop, Pak” atau “Kiri, Pak”.

Tidak mungkin, kata dia, orang itu mengatakan, “Pak Sopir, dapatkah engkau menghentikan mobil ini supaya saya bisa turun karena sudah sampai di tempat tujuan?”

“Bila orang tersebut mengucapkan kalimat demikian, tempat tujuannya akan terlampaui sepanjang 100 meter,” katanya.

Sementara itu, staf Balai Bahasa Semarang, Sutarsih mengemukakan kasus kebahasaan semacam ini termasuk dalam ragam tata ucap dan telah lama menjadi perhatian Balai Bahasa.

Dikatakannya sebagai lembaga yang resmi dipercaya oleh pemerintah untuk menyukseskan program Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar, Balai Bahasa telah melakukan penyuluhan kepada masyarakat.

Namun, kata dia, pada kenyataannya yang lebih mudah untuk dibenahi adalah masalah tata tulis. “Sangat sulit memperbaiki kesalahan tata ucap masyarakat, apalagi untuk situasi nonformal. Hal ini disebabkan karena masyarakat belum terbiasa menggunakan ragam bahasa formal,” katanya.

Menurut Sutarsih, bukan tidak mungkin bila menerapkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam bahasa percakapan sehari-hari, tetapi membutuhkan proses dan kerja sama yang baik antara lembaga kebahasaan, pemerintah, dan masyarakat.

Remy mengimbau, program pemerintah ini agar disesuaikan dengan segala situasi. (*)

1 Komentar:

Pada 8 November 2009 pukul 01.44 , Blogger Indahnya Bahasa Indonesia mengatakan...

berikan komentar anda

 

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda